Rabu, 17 Desember 2014

Pengaruh Rangsangan Terhadap Kecepatan Transpirasi


     LAPORAN PENGARUH CAHAYA TERHADAP KECEPATAN TRANSPIRASI

                                                         
                                                        Disusun Oleh :

           Nama                    : Nur Adhimah
           Nim             : (12030654011)
           Kelas                    : Pend. SAINS A


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
 PENDIDIKAN SAINS
2014



BAB I
PENDAHULUAN



  1. LATAR BELAKANG
Tumbuhan membutuhkan dan mengeluarkan air dalam setiap aktivitas hidupnya karena air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Air selalu dibutuhkan sebagai bahan pelarut bagi mineral yang sangat dibutuhkan tumbuhan untuk melangsungkan hidup. Setiap bahan yang masuk ke dalam suatu organisme hidup tentunya cepat atau lambat akan dikeluarkan dari dalam tubuhnya setelah substrat yang diperlukan diserap. Begitu juga dengan jumlah air yang berada dalam tubuh tumbuhan yang akan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan.
Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan atau gas. Proses keluar atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara disekitar tumbuhan yang dinamakan proses transpirasi. Dalam proses transpirasi ini, tumbuhan mengeluarkan sejumlah besar air yang diserap (90%) ke atmosfer dalam bentuk uap air. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan bahkan pada akar.
Cepat lambatnya proses traspirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke wujud air sebagai uap atau gas. Faktor-faktor tersebut meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, dan angin. Disamping itu luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami akan mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh lingkungan (cahaya) terhadap kecepatan transpirasi suatu tanaman, dalam hal ini kami menggunakan tanaman pacar air (Impatien balsemia) sebagai sampel.

  1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami mendapatkan rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh lingkungan (suhu) terhadap kecepatan transpirasi dengan metode 
penimbangan ?

  1. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendiskripsikan pengaruh lingkungan (suhu) terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Transpirasi
Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap air. Teori apapun yang menjelaskan gerak ke atas air dalam xylem harus memperhatikan volume air yang diangkut serta kecepatannya. Tumbuhan herba dapat menyerap suatu volume air setiap hari yang sama dengan beberapa kali volume tanaman itu sendiri. Air yang mengandung petanda (misalnya buerupa isotop radioaktif) dapat diperlihatkan bergerak keatas dalam batang sebanyak 75 cm setiap menitnya.
Kandungan air dalam tubuh tumbuhan, hanya 1 dari 2 % dari seluruh air digunakan untuk fotosintesis atau di dalam  kegiatan metabolic sel-sel daunnya. Sedangkan sisanya menguap melalui melalui proses yang disebut transpirasi. Pada tumbuhan, transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata., kutikula dan lentisel. Berdasarkan sarana yang digunakan tersebut maka dikenal dengan istilah transpirasi stomata., transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses transpirasi adalah daun, karena pada daun banyak dijumpai stomata yang membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral serta mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.
Proses proses transpirasi terjadi melalui 2 tahapan, yaitu :
1)      Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.
2)      Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel.
Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.
B.     Mekanisme Transpirasi Melalui Stomata
Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar.
Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer. Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.

C.     Manfaat Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi
Bagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara lain :
1)      Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang.
2)      Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.
3)      Mengurangi air yang terserap secara berlebihan.
4)      Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun.
5)      Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata.
Beberapa faktor yang memepengaruhi transpirasi antara lain adalah :
1.      Radiasi cahaya
Radiasi cahaya mempengaruhi membukanya stomata pada siang hari sehingga tgranspirasi akan berjalan lancar.
2.      Kelembaban Udara
Kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap laju transpirasi. Kelembaban  menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara yang biasanya dinyatakan dengan kelembaban relatif. Makin banyak uap air di udara, maka akan makin kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan yang diudara sehingga laju transpirasi makin lambat. Sebaliknya apabila tekanan uap air di udara makin rendah atau kelembaban relatifnya makin kecil maka makin besar perbedaan uap air di rongga daun dengan di udara dan transpirasi akan berjalan cepat.
3.      Suhu
Suhu tumbuhan pada umumnya tidak banyak berbeda dengan lingkungannya. Kenaikan suhu udara akan mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari, biasanya menyebabkan  kelembaban relatifnya makin rendah sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap dalam rongga daun dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasinya meningkat.
4.      Angin
Angin merupakan suatu perpindahan masa udara dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam perpindahan masa udara ini, angin akan membawa masa uap air yang berada di sekitar tumbuhan sehingga dapat menurunkan tekanan uap air di sekitar daun dan dapat meningkatkan laju transpirasi. Apabila angin terlalu bertiup kencang, dapat mengakibatkan keluarnya uap air melebihi kemampuan daun untuk menggantinya dengan air yang berasal dari tanah sehingga lama kelamaan daun akan mengalami kekurangan air dan turgor sel akan menurun termasuk sel penutup dan akhirnya stomata dapat tertutup.


5.      Keadaan Air Tanah
Laju transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam tanah, karena setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti kembali yang pada dasarnya dari dalam tanah. Berkurangnya air di dalam tanah akan menyebabkan pengaliran air ke daun dan hal ini akan menghambat laju transpirasi.




BAB III
METODE PENELITIAN


  1. JENIS PENELITIAN
Percobaan yang kami lakukan dalam menentukan pengaruh lingkungan (suhu/cahaya) terhadap kecepatan transpirasi melalui penimbangan adalah bersifat eksperimental karena kami melakukan percobaan ini di laboratorium dan dalam percobaan ini terdapat variable manipulasi, variable kontrol dan variable respon.

  1. VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN
·         Variable Manipulasi          :  intensitas cahaya dan suhu
·         Variable Kontrol               : volume air, jenis tanaman (tanaman pacar air), dengan kondisi tanaman hampir sama.
·         Variable Respon                : kecepatan transpirasi

  1. ALAT DAN BAHAN
Alat :
·         Erlenmeyer                                                                              2 buah
·         Sumbat erlenmeyer dengan sumbat ditengahnya                        2 buah
·         Timbangan                                                                              1 buah
·         Thermometer                                                                          1 buah
·         Luxmeter                                                                                1 buah
·         Hygrometer                                                                            1 buah
·         Lampu bohlam 100 watt                                                         1 buah
·         Pisau tajam                                                                             1 buah
·         Penggaris                                                                                1 buah
·         Kertas millimeter                                                                     secukupnya

Bahan :
·         Air                                                                                           secukupnya
·         Vaselin                                                                                    secukupnya
·         Tanaman pacar air (Impatien balsemia)
yang memiliki kondisi hampir sama                                              2 buah

  1. LANGKAH KERJA
1.      Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2.      Menyediakan 2 buah erlenmeyer, mengisinya dengan air volume 350 mL, masing-masing Erlenmeyer diberi table A dan B.
3.      Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan segera masukkan potongan tanaman tersebut pada tabung erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air. Membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan olesi luka dengan vaselin.
4.      Menimbang kedua erlenmeyer lengkap dengan tanaman dan air yang ada di dalamnya serta mencatat beratnya.
5.      Meletakkan erlenmeyer A di ruangan gelap dan erlenmeyer B di ruangan terang (dengan lampu pijar 100 watt dengan jarak 20 cm). Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban.
6.      Setiap 30 menit menimbang erlenmeyer beserta isinya dan mencatat beratnya.
7.      Mengukur sebanyak 3 kali.
8.      Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman tersebut. Kemudian mengukur luas total dengan kertas millimeter,dengan cara:
-          Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
-          Menghitung luas daun dengan ketentuan: Apabila kurang dari ½ kotak dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap satu.


  1. DESAIN EKSPERIMEN

 



BAB VI

             HASIL DAN PEMBAHASAN



  1. HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel
Berikut ini adalah tabel yang menyajikan data yang diperoleh dari hasil percobaan tentang pengaruh cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman Impatien balsemia.

No
Suhu (C)
Intensitas cahaya
(cd/m2)
Berat awal (gr)
Selisih berat (gr)
Rata-rata selisih berat (gr)
Luas permukaan daun (cm2)
Kecepatan transpirasi (gr/menit/cm2)
30’
30’’
30’’’
1.
320
39 x 2000
279,1
0,3
0,4
0,3
0,33
58
1,89 x 10-4
2.
290
4 x 2000
274,5
0,1
0,2
0,2
0,17
69
0,82 x 10-4

2.      Grafik




  1. ANALISIS DATA
Berdasarkan data dan histogram hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat adanya hubungan antara intensitas cahaya dengan kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (Impaten balsemia). Tanaman pacar air yang diletakkan pada tempat gelap dengan intensitas cahaya sebesar 4 x 2000 cd/m2 dan suhu 290C ternyata mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,82 x 10-4 gram/menit/cm2. Sedangkan tanaman pacar air yang diletakkan di tempat terang (dekat lampu sebesar 100 watt dengan jarak 20 cm) dengan suhu 300C dan intensitas cahaya sebesar 35 x 2000 cd/m2 mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 1,89 x 10-4 gr/menit/cm2. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara intensitas cahaya dengan kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatient balsemia). Semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima oleh suatu tanaman, maka kecepatan transpirasi dari tanaman itu juga akan mengalami peningkatan. Sebaliknya apabila intensitas cahaya yang diterima oleh suatu tanaman itu rendah, maka kecepatan transpirasi dari tanaman tersebut juga akan rendah.

  1. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data diatas maka dapat diketahui adanya hubungan antara intensitas cahaya dengan kecepatan transpirasi tanaman pacar air (Impatient balsemia). Pada tanaman pacar air (Impatient balsemia) yang mendapatkan perlakuan di tempat gelap, yaitu ketika tanaman diletakkan pada tempat dengan intensitas cahaya 4 x 2000 cd/m2 , suhu lingkungan 29°C dan kelembaban udara 69, ternyata memiliki kecepatan transpirasi sebesar 0,82 x 10-4 gram/menit/cm2. Sedangkan pada tanaman pacar air (Impatien belsemia) yang mendapat perlakuan di tempat terang, yaitu ketika tanaman diletakkan pada jarak 20 cm dari lampu bohlam yang mempunyai daya 100 watt, dengan keadaan suhu lingkungan 32°C dan kelembaban udara 69, memiliki kecepatan transpirasi sebesar 35 x 2000 cd/m2.
Perbedaan kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air ini terjadi karena perlakuan berbeda yang diberikan pada saat praktikum. Tanaman pacar air yang diletakkan pada tempat yang terang memiliki kecepatan transpirasi yang berbeda dengan tanaman pacar air yang diletakkan di tempat gelap. Hal ini terjadi karena stomata tanaman pacar air pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya tinggi (100 watt), menjadi lebih cepat membuka sehingga proses transpirasi berjalan lebih cepat. Stomata yang lebih cepat membuka merupakan suatu akibat yang terjadi karena adanya larutan gula yang terlarut dalam sel penutup sebagai hasil dari proses fotosintesis yang terjadi pada sel penutup yang mengandung klorofil. Gula menyebabkan konsentrasi larutan dalam sel penutup menjadi lebih tinggi dari sel tetangga, hal ini berarti potensial air (PA) cairan sel penutup dan potensial osmotik (PO) cairan penutup menjadi turun.
Ketika potensial air dalam sel penutup lebih rendah daripada potensial air dalam sel tetangga, maka akan menyebabkan air dari sel tetangga masuk kedalam sel penutup, sehingga akan terjadi turgor pada sel penutup yang menyebabkan sel menjadi mengembang dan stomata menjadi terbuka dan terjadilah proses transpirasi. Jika hal ini terus berlangsung, maka sel-sel yang menguapkan airnya ke rongga antar sel akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya akan menurun. Kekurangan air ini akan daigantikan oleh air yang berasal dari akar. Akar mendapatkan air dari tanah untuk kemudian diangkut oleh jaringan pengangkut xylem ke daun melalui batang kemudian menuju ke tulang daun. Jadi, dapat dikatakan jika intensitas cahaya yang mengenai tanaman itu tinggi, maka stomatanya akan lebih cepat membuka sehingga mempercepat jalannya air dari akar ke batang kemudian ke xylem tulang daun selanjutnya ke rongga antar sel dan samapi ke stomata hingga terjadi transpirasi.
Sedangkan tanaman pacar air yang diletakkan di tempat gelap dengan intensitas cahaya 4 x 2000 cd/m2, mempunyai kecepatan transpirasi lebih kecil karena jumlah stomata yang membuka lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman pacar air yang diletakkan di tempat terang. Hal ini menjadikan uap air yang dialirkan ke udara lebih sedikit sehingga menjadikan potensial air dalam rongga antar sel tidak banyak mengalami penurunan. Sedangkan pada stomata, Potensial Osmotik (PO) dan Potensial Air (PA) cairan sel penutup tinggi. Sehingga terjadi osmosis dari sel penutup ke sel-sel sekitar yang mempunyai potensial air rendah sehingga stomata menutup dan terjadi aliran air yang menyebabkan sel penutup kekurangan air atau mengkerut dan kemudian dapat mengakibatkan kecepatan transpirasi menjadi lambat.
Selain intensitas cahaya, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan transpirasi suatu tanaman. Seperti suhu, kelembaban udara, luas permukaan dan lain-lain. Dalam percobaan kami, tercatat bahwa suhu juga mempengaruhi kecepatan transpirasi. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat kecepatan transpirasi, dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena kenaikan suhu udara akan mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari, biasanya akan menyebabkan kelembaban relatif udara menjadi makin rendah. Sehingga akan mengakibatkan perbedaan tekanan uap air di dalam rongga daun dengan di udara menjadi makin besar yang akhirnya dapat meningkatkan laju transpirasi. Sebaliknya pada suhu rendah kelembaban relatifnya tinggi sehingga perbedaan tekanan uap air di udara menjadi makin kecil yang akhirnya menjadilan laju transpirasi makin lambat.
Luas permukaan daun juga mempengaruhi kecepatan transpirasi dari suatu tanaman, semakin luas permukaan daun maka stomata yang terkena sinar matahari akan menjadi lebih banyak pula, sehingga proses transpirasi akan berlangsung lebih cepat. Begitu juga sebalikya.





BAB V
SIMPULAN

Dari percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
             Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi dari suatu tanaman, semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman maka semakin cepat pula kecepatan transpirasi dari tanaman tersebut. Sebaliknya apabila intensitas cahaya yang diterima tanaman itu rendah, maka semakin lambat kecepatan transpirasi dari tanaman tersebut. Suhu mempengaruhi kecepatan transpirasi dari suatu tanaman, semakin tinggi suhu di suatu lingkungan, maka semakin cepat kecepatan transpirasi dari suatu tanaman yang ada di daerah tersebut. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan maka semakin lambat pula kecepatan transpirasi tanaman pada daerah tersebut.






DAFTAR PUSTAKA

Kimball, John W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Rahayu, Yuni Sri dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Sastramihardja, D. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soerodikosoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

































                                                                                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar