TUGAS
BIOTEKNOLOGI
“
SENYAWA METABOLIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH DAN BUAH NAGA
Disusun Oleh :
Nama : Nur Adhimah
Nim : (12030654011)
Kelas : Pend. SAINS A
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN SAINS
2014
BUAH
NAGA
Buah naga (Inggris: pitaya)
adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus
dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di
negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok
selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari.
Buah naga memiliki warna kulit yang menyala, kulitnya juga tidak mulus, melainkan berlapis sehingga mirip sisik ular besar atau naga. Isi buahnya berwarna putih, merah atau ungu dengan taburan biji-biji berwarna hitam. Tekstur isinya seperti selasih dengan cita rasa seperti buah kiwi. Tanaman memproduksi berbagai macam bahan kimia untuk tujuan tertentu, yang disebut dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder tanaman merupakan bahan yang tidak esensial untuk kepentingan hidup tanaman tersebut,tetapi biasanya mempunyai fungsi yang unik misalnya untuk berkompetisi dengan makhluk hidup lainnya, atau untuk memikat serangga dalam menyebarkan benih.
Metabolit
sekunder yang diproduksi tanaman didalam buah naga,
terdapat senyawa-senyawa atau -komponen metabolit sekunder seperti
saponin, triterpenoid,isoprenoid, flavonoidcyanogenic glucoside,
glucosinolate dan nonprotein aminoacid dan alkaloid. Tanaman
kaktus/buah naga telah dipelajari para ilmuwan karena mempunyai kandungan bahan
aktif alkaloid, berupa ß-phenylethylaminedan tetraisoquinoline. Sampai saat ini
lebih dari 60 senyawa dalam tanaman kaktus/buah naga yang sudah diisolasi
antaralain adalah anhalonine, hordenine,mescaline, N- acetylmescaline,
pellontine, tyramine.
Senyawa hordenine dan tyramine mempunyai khasiat sebagai anti mikroba yang dapat
mencegah berbagai jenis penyakit seperti arthritis, influen-za, infeksi,
diabetes, sakit telinga,sakit mata, rematik, gigitan binatang berbisa dan
sebagainya. Beberapa jenis kaktus/buah naga yang lain dikenal sebagai tanaman
obat adalah dari jenis prickly pearcactusyang terdiri dari beberapa spesies seperti
Opuntia dillenii, Opuntia engelinanii,Opuntiaficus indica,Opuntia playachatha,
dan Opuntia santa-rita. Jenis kaktus/buah naga yang dikenal saat ini adalah
buah naga(dragon fruit) yang termasuk dalam genus Helocereus dan Seleniereus.
Meskipun tanaman kaktus/buah naga selama ini banyak dikenal sebagai
tanaman hias, kaktus/buah naga juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, bahan industri pewarna, pakan ternak dan bahan obat obatan.
Alkaloid merupakan
bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistim heterosiklik,
Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang paling banyak diproduksi tanaman tanaman
kaktus/buah naga banyak mengandung ßphenylethylamine dan
tetraisoquinoline. Sampai saat ini,banyak penelitian yang dilakukan terhadap
tanaman kaktus/buah naga ditekankan pada mengetahui kandungan metabolit
sekundernya yang berfungsi sebagai biofarmaka.
Hasil
penelitian dari beberapa ilmuwan melaporkan bahwa,O.ficusindica mengadung 8
flavonoid yaitu kaemferol, quercetin, kaemfero 3methyl ether, quercetin
3methylether, narcissin,aromadendri, taxifolin dan eriodictyol. Selain itu
dikatakan bahwa jus buah O. ficusindica mengandung ascorbic acid,total
polyphenol dan menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Sari buah tanaman
kaktus/buah naga Opuntia dapat digunakan sebagai salep atau pelembab untuk
mengobati lukabakar dan tersengat panas matahari. Spesies lain yakni Opuntia
Cylindropuntia Haw digunakan untuk mengatasi penyakit arthritis (radang
senditulang), diare, menurunkan kadar
gula darah dan kolesterol serta untuk mencegah kanker usus, penguat sukulen,
dikotiledon dan perennial termasuk famili Cactaceae dengan 3 jenis sub famili
yaitu Pereskioideae,Opuntioideae dan Cactoideae serta fungsi ginjal dan tulang,
pelindung kesehatan mulut,pencegahan dendaranhan dan gejalan
keputihan,penguat,daya kerja otak dan meningkatkan ketajaman mata.
DAFTAR PUSTAKA
Heyne,
K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana
Jaya, Jakarta. Hal. 885-887 (sebagai Leucaena
glauca Benth.)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia
Medika Indonesia. Jilid II, Jakarta. 1978.
Dalimartha,
S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Cetakan Pertama. Jakarta:
Puspa Swara. 2006
Jayadi, S. 199 1.
Tanaman Makanan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Murray, Robert K.
et. Al. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Penerbit
Buku
Kedokteran EGC.
Nahrowi.2008.
Pengetahuan Bahan Pakan. Nutri Sejahtra Press. Bogor.
Sarwono, B. 2001.Buah
Naga. Jakarta: AgroMedia Pustaka
Kita sering menemukan bawang merah digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam masakan dan sebagai obat herbal.
Bawang
merah termasuk jenis tanaman yang tidak menyukai air hujan, tidak suka
tempat-tempat yang airnya menggenang dan becek, tetapi pada pertumbuhannya, ia
membutuhkan banyak air, terutama pada masa pembentukan umbi dan perlu
lingkungan yang beriklim kering, suhu yang hangat. Karenanya tanaman ini paling
cocok ditanam dimusim kemarau dengan sistem pengairan yang memadai.
Berasal dari Asia bagian
barat di jawa banyak dibudidaykana di dataran rendah (5 - 100 m dpl.).
Kandungan
kimia
Menurut Food and Nutrition Research Center
(1964), senyawa fitokimia yang terdapat dalam bawang merah adalah allisin,
aliin, allil propil sulfida, asam fenolat, asam fumarat, asam kafrilat,
floroglusin, fosfor, fitosterol, flavonol, flavonoid, kaempfenol, kuersetin,
kuersertin glikosida, pektin, saponin, sterol, sikloaliin, triopropanal
sulfoksida, propil disulfida, dan propil-metil disulfida. Bawang merah segar dapat meningkatkan kadar kolesterol baik
atau HDL sebesar 30%. Senyawa allisin dan aliin juga berfungsi sebagai
antiseptik. Kedua senyawa itu diubah oleh enzim allisin liase menjadi asam
piruvat, amonia, dan allisin antimikrob yang bersifat bakterisidal.
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
bawang merah seperti Flavonoid bersifat antiinflamasi, jadi bisa digunakan
untuk menyembuhkan hepatitis, atritis, tonsilitis, dan bronkhitis.
Sedangkan flavonol pada bawang merah bersama kuersetin dan kuersetin
glikosida memiliki efek farmakologis sebagai bahan antibiotik alami atau
natural antibiotic. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk menghambat
pertumbuhan virus, bakteri, maupun cendawan. Senyawa penting dalam bawang merah
lainnya adalah saponin, senyawa ini berperan sebagai antikoagulan dan bisa juga
berfungsi sebagai ekspektoran atau mengencerkan dahak.
Bawang merah mengandung minyak atsiri yang ter-diri
atas dialilsulfida, propantiol-S-oksida, S-Alil-L-Sistein-sulfoksida atau
Aliin, prostaglandin A-1, difenilamina dan sikloaliin, metilaliin,
dihidroaliin, kaemferol dan foroglusinol.
Umbi bawang merah mengandung senyawa turunan asam amino yang mengandung sulfur yaitu Sikloalliin 2%, propilalliin dan propenilalliin. Bila sel-sel umbi pecah senyawa tersebut akan berubah menjadi bentuk ester ( ester asam tiosulfinat), sulfinil disulfida (Kepaen), disulfida dan polisulfida, begitu juga tiofen. Di samping itu terbentuk pula propantial-S-oksida (suatu senyawa yang dapat menyebabkan keluarnya air mata).
Disamping turunan asam amino, ditemukan pula adenosine dan prostaglandin.
Aliin
(S-Allil-L-sistein sulfoksida), C6H11NO2S selain terkandung dalam Bawang Merah
juga terkandung dalam Bawang putih (Allium sativum L.) dan jenis-jenis Allium
lainnya. Senyawa ini berupa hemihidrat yang tidak berwarna C6H11NO2S.½H2O
bentuk jarum tumpul yang diperoleh dari hasil rekristalisasi menggunakan
pelarut aseton. Jarak leburnya 164-1660C (dengan mengeluarkan gas), praktis
larut dalam air. Tidak larut dalam etanol mutlak, kloroform, aseton, eter dan
benzena. Senyawa ini memiliki potensi sebagai antibakteri dan segera akan
terurai oleh pengaruh enzim Allinase dengan mengeluarkan bau bawang yang khas.
Potensi antibakterinya kira-kira serupa dengan Allicin.
Allisin
C6H11NO2S adalah senyawa yang juga memiliki potensi antibakteri. Senyawa ini
bentuknya cairan dengan bau yang khas. Bersifat mengiritasi kulit, bila direbus
atau disuling akan mengalami dekomposisi. Indeks biasnya 1,561 (20oC), bobot
jenis 1,112 (20oC). Kelarutan dalam air 2,5% w/w (suhu 10oC). pH sekitar 6,5.
Dapat campur dengan alkohol, eter, dan benzena, tidak stabil terhadap pengaruh
panas dan dalam lingkungan biasa. Stabil dalam lingkungan asam.
Efek biologi Dari penelitian yang
sudah banyak dilakukan diketahui bahwa bawang merah mempunyai efek antidiabetik
dan anti aterosklerotik yaitu menurunkan kadar gula dan lemak darah, menghambat
aggregasi trombosit, meningkatkan aktivitas fibrinolitik serta memobilisir
kolesterol dari depositnya pada lesi aterosklerosis hewan uji. Efek
hipoglikemik dan hipolipidemik. Komponen yang diduga mempunyai efek
hipoglikemik ialah senyawa amino (difenilamin) dan senyawa yang berupa sulfida
(allilpropil-disulfida).
Ekstrak Bawang dapur (bawang bombay) berefek seperti ekstrak bawang putih, yaitu sebagai fibrinolitik, menurunkan kholesterol dan trigliserida. Disamping itu dapat pula berefek sebagai antiasma. Potensi antiasma tersebut disebabkan dari ester asam tisulfiniat yaitu dengan menghambat proses timbulnya asma (menekan pengaruh alergen), sedangkan pada penurunan timbulnya trombus disebabkan karena menghambat terjadinya penggumpalan trombosit spontan.
Ekstrak Bawang dapur (bawang bombay) berefek seperti ekstrak bawang putih, yaitu sebagai fibrinolitik, menurunkan kholesterol dan trigliserida. Disamping itu dapat pula berefek sebagai antiasma. Potensi antiasma tersebut disebabkan dari ester asam tisulfiniat yaitu dengan menghambat proses timbulnya asma (menekan pengaruh alergen), sedangkan pada penurunan timbulnya trombus disebabkan karena menghambat terjadinya penggumpalan trombosit spontan.
DAFTAR PUSTAKA
Singgih, W., 1994, Budidaya
Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay, Panebar Swadaya, Jakarta, p. 85-135.
Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan
Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan Pertama. Jakarta: Trubus Agriwidya.1999
Harborne, J.B. Metode Fitokimia:
Penuntun cara modern menganalisi tumbuhan. Penerbit ITB Bandung. 1983.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika Indonesia. Jilid II, Jakarta.
1978.
Anonim, 1985,
Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
p.15-19.
isi dari blog ini sudah bagus, karena didalamnya sudah berisi informasi tentang sains yang sangat dibutuhkan untuk belajar bagi para pembaca. lanjutkan..
BalasHapusartikelnya bagus juga, sangat bermanfaat bagi para pembaca... trims ya..
BalasHapusmakasih artikelnya.... informasinya sangat menarik dan kami butuhkan.
BalasHapuswahh... bagus juga artikelnya... kita jadi tau tentang metabolit pada tanaman bawang.... thanks infonya...
BalasHapusartikelnya bagus dan menarik juga ya.. informasinya sesuai dengan apa yang saya butuhkan...
BalasHapusterimaksih :
isi dari blog ini sudah bagus, karena didalamnya sudah berisi informasi tentang sains yang sangat dibutuhkan untuk belajar bagi para pembaca. makasih yaa...
BalasHapusinformasinya bagus dan bermanfaat bagi para pembaca... lanjutnya berkreasi.
BalasHapusartikelnya bagus dan bermanfaat bagi pembaca....
BalasHapusartikelnya sangat bermanfaat bagi para pembaca, informasinya menarik dan dibutuhkan, karena berisi tentang materi sains yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari...
BalasHapuswahh.. bagus banget informasinya... sangat membantu sekali... mmakasih..
BalasHapushmmm.. buah naganya enak ituu.. hehe.. semoga bermanfaat :)
BalasHapusartikelnya sangat menarik.... banyak informasi yang dibutuhkan para pembaca..
BalasHapus